Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres membuat permohonan menit terakhir pada Rabu (23/2/2022) waktu setempat kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghentikan perang ‘atas nama kemanusiaan’. Ini dilakukan setelah pemimpin Rusia mengumumkan operasi militer di Ukraina Timur.
“Presiden Putin, atas nama kemanusiaan, bawa pasukan Anda kembali ke Rusia,” kata Guterres, berbicara setelah pertemuan darurat Dewan Keamanan di Ukraina dikutip dari Republika.co.id. “Konsekuensi dari perang akan menghancurkan Ukraina dan berdampak luas bagi ekonomi global,” imbuhnya.
Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus Kamis (24/2/2022) pagi di wilayah Donbas, Ukraina Timur. Dalam pidato yang disiarkan televisi, Putin mengatakan, orang-orang Donbas meminta bantuan Rusia, menurut kantor berita Rusia TASS.
“Dalam hal ini saya memutuskan untuk melakukan operasi militer khusus,” katanya. Menyusul pengumuman Putin, ledakan besar dilaporkan terjadi di ibu kota Ukraina, Kyiv dan Kramatorsk.
Serangan pun dilancarkan oleh Rusia. Bahkan, serangan gelombang kedua ke Ibu Kota Kiev, Ukraina, pada Kamis (24/2/2022) siang waktu setempat, menyasar pusat kota. Setelah serangan udara yang tampanya menggunakan rudal, markas intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina di kota tersebut terbakar, mengeluarkan asap hitam yang membubung ke udara.
Pada serangkaian serangan gelombang pertama, Rusia mengincar pusat-pusat komando Ukraina di beberapa kota serta melumpuhkan pertahanan udara serta pangkalan udara. Sementara itu gelombang pengungsian warga keluar Kiev masih terjadi, memicu kemacetan di jalan utama. Sementara itu warga yang bertahan di Kiev antre untuk menarik uang di ATM serta membeli kebutuhan pokok.
Pemandangan ini sudah terlihat sejak pesawat-pesawat melintas di langit Kiev diiringi serta ledakan serta sirene darurat pada pagi hari. “Saya tidak menyangka ini. Sampai pagi ini saya yakin tidak akan terjadi apa-apa,” kata Nikita, perempuan 34 tahun, saat antre di membeli air mineral di sebuah supermarket Kiev.
Supermarket dan toko kelontong lain juga dipenuhi pembeli yakni warga yang memilih bertahan di Kiev. Sementara itu warga lain berusaha meninggalkan ibu kota menggunakan kendaraan umum. Beberapa orang membawa tas dan koper mencari alat transportasi yang bisa membawa mereka ke luar kota.
Setelah digempur, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky resmi memutuskan hubungan diplomatik dengan Rusia. “Pagi ini telah menjadi sejarah, tapi sejarah ini benar-benar berbeda bagi negara kami dan Rusia. Kami telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Rusia”, kata Zelensky.
Usulan untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Rusia sebenarnya sudah disampaikan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) pada 22 Februari lalu. Itu sehari setelah Putin mengakui kemerdekaan dua wilayah di Ukraina yang memisahkan diri yakni Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR).
Pada Selasa, Ukraina juga memanggil duta besarnya di Moskow untuk berkonsultasi, disusul sehari kemudian para diplomat Rusia angkat kaki dari seluruh kantor perwakilan diplomatik Ukraina.
Sebelumnya Zelensky juga mendesak kepada para pemimpin dunia untuk menjatuhkan semua sanksi terhadap Rusia, termasuk Presiden Putin. Dia menegaskan, Putin ingin menghancurkan Ukraina. NF