Hal yang menjadi keresahan bersama adalah semakin bermunculannya kabar bohong. Antara fakta dengan narasi yang dikembangkan ternyata bertolak belakang. Karenanya, semua pihak, termasuk emak-emak harus memastikan memiliki ketahanan dari aneka kabar yang jauh dari realita tersebut.
Hal inilah yang menjadi kesadaran dari Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Garut, Jawa barat. Yang dilakukan adalah dengan gencar melakukan sosialisasi pentingnya literasi digital, sekaligus peluncuran buletin organisasi ‘Pena Fatayat’. Diharapkan dengan upaya tersebut akan meredam penyebaran kabar bohong, sekaligus menghentikan penyebaran informasi yang menyesatkan, membuat resah alias hokas di tengah masyarakat.
“Kehadiran Pena Fatayat lahir dari keprihatinan kami atas maraknya berita hoaks, ujaran kebencian dan propaganda-propaganda yang bias melalui media sosial,” kata Ketua PC Fatayat NU Garut, Ai Sadidah Addawami. Hal tersebut disampaikan pada acara talk show media Hoaks, Perempuan, dan Media Power sekaligus peluncuran buletin Pena Fatayat, beberapa waktu berselang.
Menurutnya, kalangan perempuan, terutama emak-emak yang minim informasi, kerap menjadi sasaran empuk penebar berita bohong alias hoaks. Kalangan ini perlu diedukasi untuk menekan penyebaran hoaks di tengah masyarakat. “Untuk itu kami tergerak memberikan pemahaman literasi ini agar mereka mulai memahami,” kata dia.
Dengan semakin meningkatnya pemahaman literasi digital, kalangan perempuan mampu membuat sekaligus menyebarkan informasi yang menyejukkan bagi masyarakat secara utuh. “Pena Fatayat lahir sebagai wujud tindak lanjut program penguatan kapasitas perempuan dalam komunikasi dan media PC Fatayat NU Garut,” ujarnya.
Selain itu, pemahaman literasi yang baik diharapkan mampu menangkal sekaligus menghentikan informasi yang menyesatkan.”Semoga Pena Fatayat bisa konsisten hadir dan menjadi media alternatif sebagai penyampai gagasan dan kiprah kader Fatayat NU di semua tingkatan,” ujarnya. (Ful)