Pemerintah terus mempersiapkan diri sebagai negara yang ditunjuk untuk melaksanakan Presidensi G20. Salah satunya dalam mempersiapkan strategi menghadapi tantangan di dunia pendidikan dan kebudayaan.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim pun menyambut baik Indonesia sebagai pelaksana pertemuan forum internasional tersebut. Kegiatan ini diharapkan juga dapat menjadi titik balik kebangkitan dunia dari pandemi Covid-19.
“Presidensi G20 Indonesia yang telah diterima Bapak Jokowi, menurut saya momentumnya sangat tepat, karena kita di Indonesia dan semua negara di dunia saat ini sedang berupaya bangkit dari pandemi Covid-19,” jelas dia dalam Kick Off G20 on Education and Culture secara daring, Rabu (9/2).
Terkait dunia pendidikan terkini, ia mengatakan bahwa dirinya menyadari dan mempelajari banyak hal, terutama dari para guru. Nadiem melihat, ketidakstabilan pelaksanaan pembelajaran tidak menjadi halangan guru untuk dapat membimbing muridnya menjadi generasi unggul.
“Saya belajar dari para guru yang tidak menyerah untuk memastikan bahwa pembelajaran tetap berlangsung. Serta para seniman dan pelaku budaya yang terus menghasilkan karya-karya kreatif dan melestarikan warisan budaya Indonesia,” tuturnya.
Selain itu, Nadiem pun menyadari bahwa penting untuk melakukan gotong-royong di masa yang tidak menentu seperti ini. Pasalnya, hal tersebut juga merupakan salah satu nilai dasar dari bangsa, yang sekarang menjadi pedoman untuk pulih dan bangkit.
“Itulah kenapa presidensi G20 Indonesia tahun ini mengangkat tema recover together, recover strong. Gotong royong adalah poin yang penting, gagasan mendasar yang menjalankan roda gerakan Merdeka Belajar,” tandasnya.
Sebagai informasi, Forum G20 ini terdiri dari 20 negara, yakni AS, Argentina, Brasil, Australia, Kanada, Meksiko, Turki, Indonesia, Korea Selatan, Jepang, China, Jerman, Inggris, India, Arab Saudi, Afrika Selatan, Italia, Indonesia, Prancis, Rusia, ditambah Uni Eropa. Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang menjadi anggota G20.
“Itulah kenapa presidensi G20 Indonesia tahun ini mengangkat tema recover together, recover strong. Gotong royong adalah poin yang penting, gagasan mendasar yang menjalankan roda gerakan Merdeka Belajar,” ujarnya.
Sebagai informasi, Forum G20 ini terdiri dari 20 negara, yakni AS, Argentina, Brasil, Australia, Kanada, Meksiko, Turki, Indonesia, Korea Selatan, Jepang, China, Jerman, Inggris, India, Arab Saudi, Afrika Selatan, Italia, Indonesia, Prancis, Rusia, ditambah Uni Eropa. Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang menjadi anggota G20.
Lebih lanjut, Nadiem menerangkan, kehadiran kurikulum prototipe yang akan diberlakukan pemerintah dapat memerdekakan guru. Kurikulum mendorong kreativitas guru dalam merancang proses belajar.
“Dengan kurikulum prototipe belajar lebih menyenangkan, berfokus pada kompetensi yang esensial dan juga relevan sehingga membantu kita mencapai empat tujuan prioritas dari education working group, yakni pendidikan universal yang berkualitas, teknologi digital dalam pendidikan, solidaritas dan kemitraan serta dunia kerja pasca Covid-19,” tuturnya.
Di tengan pandemi, gotong-royong adalah poin penting yang menggerakkan roda merdeka belajar, khususnya dalam penerapan kurikulum prototipe. Kurikulum tersebut merupakan opsi bagi sekolah-sekolah Indonesia.
“Saya semakin sadar pentingnya gotong royong. Itulah mengapa tema G20 kali ini adalah Recover Together, Recover Strong”, ungkap Nadiem.