Sosok KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah dalam pandangan Najwa Shihab adalah sosok yang mengajarkan banyak hal untuk dijadikan pembelajaran bagi bangsa saat ini. Yang pertama belajar betapa perbedaan itu normal, dan bukan alasan untuk putus persaudaraan.
“Berkali-kali Gus Sholah dan Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) berpolemik di media massa soal berbagai hal, mulai dari posisi ayahanda mereka KH Wahid Hasyim soal bagaimana hubungan antara negara dan agama, soal bagaimana budaya politik di Nahdlatul Ulama, keduanya juga bahkan mendirikan partai politik yang berbeda,” ujarnya saat menyampaikan testimoni pada Haul ke-2 Gus Sholah, Kamis (03/02/2022).
Lebih lanjut, Tuan Rumah Mata Najwa itu mengatakan bahwa polemik dan perbedaan pendapat itu tidak pernah merusak hubungan persaudaraan. Kemudian Najwa Shihab juga masih teringat momen ketika Gus Sholah melepas jenazah Gus Dur, sangat jelas terlihat rasa cinta dan kehilangan yang mendalam. “Dan itu adalah salah satu tanda betapa perbedaan tidak pernah sama sekali memutuskan hubungan persaudaraan antar mereka,” jelasnya.
Kedua, Gus Sholah mengajarkan tentang kemenangan dan kekalahan sebagai hal biasa dalam demokrasi. Karena seperti diketahui, bahwa Gus Sholah pernah dua kali maju dalam pemilihan 2004 sebagai calon wakil presiden, dan kemudian tahun 2015 maju sebagai ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
“Dua momen yang di mana Gus Sholah tidak terpilih, dan saya masih ingat, kita semua juga masih teringat tidak ada kemarahan yang berlebihan, atau amuk yang tidak masuk akal dari Gus Sholah. Beliau adalah teladan dalam demokrasi,” ujar Putri Prof Quraish Shihab ini.
Ketiga, Gus Sholah mengajarkan bahwa ada masanya untuk kembali pulang ke habitat asal setelah menempuh lika-liku perjalanan hidup. “Gus Sholah dari seorang aktivis mahasiswa, jadi konsultan, pengusaha konstruksi, menjadi penulis, cendekiawan, politikus, tokoh nasional, dan Gus Sholah akhirnya pulang ke Jombang mengasuh Pondok Pesantren Tebuireng,” katanya. (Ful)