Enam dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) masuk dalam daftar 5.000 ilmuwan Indonesia versi Alper Doger (AD) Scientific Index 2022.
Keenam dosen tersebut adalah Rektor Unusa Achmad Jazidie, Teguh Herlambang, Ubaidillah Zuhdi, Mohamad Yusak Anshori, Abdul Muhith, dan Achmad Syafiudin dan pengurus Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis), Muchlas Samani.
“Kami sangat bersyukur atas apa yang telah diraih para dosen,” kata Rektor Jazidie, Senin (24/1/2022).
AD (Alper-Doger) Scientific Index merupakan studi yang menunjukkan total dan koefisien produktivitas kinerja publikasi selama lima tahun terakhir dari para ilmuwan, berdasarkan skor H-Index dan kutipan menurut Google Scholar.
Indeks memberikan peringkat dan penilaian ilmuwan dalam suatu bidang studi dan cabang akademik dari 14.120 perguruan tinggi dan 215 negara.
Daftar tersebut didasarkan dari berbagai karya ilmiah yang dinilai dari H Index, I Index dan sitasi yang diindex oleh Google Scholar.
Dia berharap capaian ini dapat memotivasi dosen lain untuk terus menerus mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian maupun pengabdian masyarakatnya melalui jurnal-jurnal ilmiah berreputasi.
“Apa yang telah dicapaian ini merupakan langkah untuk Unusa memperoleh pengakuan internasional,” ucapnya.
Beberapa program kerja sama dengan lembaga-lembaga internasional dan perguruan tinggi di luar negeri terus didorong dan ditingkatkan Unusa.
Jazidie menyadari bahwa pencapaian tersebut bukanlah sesuatu yang datang secara tiba-tiba, akan tetapi memerlukan persyaratan perencanaan, aktivitas dan sumber daya.
“Dalam konteks inilah pentingnya Unusa membangun tradisi keilmuan, agar aktivitas yang dirancang dapat berjalan secara efektif, untuk mencapai keinginan yang telah ditetapkan,” ujar Jazidie.
Ada tiga hal yang dijadikan sebagai pertimbangan dalam menentukan keinginan untuk memperoleh pengakuan internasional, yaaitu tren global perguruan tinggi, kebijakan nasional, dan kondisi riil Unusa.
“Dari tiga pertimbangan tersebut, keinginan Unusa untuk memperoleh pengakuan internasional bukanlah sesuatu yang mustahil. Tentu hal ini merupakan tantangan yang harus sesegera mungkin bisa diwujudnyatakan,” ucap Jazidie. (sumber: liputan6)