Banyak hikmah di balik pandemi Covid-19. Tidak hanya meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan, dan kebersihan, tapi juga menumbuhkan solidaritas antartetangga, serta meningkatkan kualitas waktu dengan keluarga di rumah.
Setiap kesulitan pasti ada kemudahan, dan ada hikmah dibalik semua itu. Hal ini yang dirasakan perempuan nahdliyin Ponorogo. Di balik pandemi Covid-19, justru memperkuat rasa kekeluargaan di kalangan perempuan maupun ibu-ibu muda NU Ponorogo.
Solidaritas ini diperlihatkan dengan saling tolong menolong antar sesama terhadap warga yang terdampak pandemi Corona. Aksi simpati dengan penggalangan dana yang digelar Pengurus Cabang Fatayat NU Ponorogo ini mampu meringankan beban para warga terdampak.
Hikmah dibalik pandemi Covid-19 ini dirasakan Ketua PC Fatayat NU Ponorogo, Nurun Nahdiyah Karunia Yusliatin SPd, MPdI. Tidak hanya menyalurkan bantuan dana kepada warga terdampak, PC Fatayat NU Ponorogo juga membagi-bagikan masker, sembako dan kebutuhan yang lain.
“Tujuan kegiatan ini jangan dilihat dari nilainya saja. Tapi nilai sossial dan edukasinya. Sebagai perempuan dan ibu-ibu muda yang masih produktif, bisa mengedukasi putra-putrinya disaat belajar di rumah,” kata perempuan kelahiran Ponorogo 15 Juli 1982 ini.
Bagi Nurun, mengedukasi masyarakat atau anak-anak, sudah menjadi santapannya sehari-hari. Maklum, selama ini Nurun cukup aktif bergerak di dunia pendidikan. “Memang ada pembeda. Jika biasanya dilakukan di luar rumah, sekarang di rumah,” terang Nurun.
Namun keberhasilan perempuan, kata Nurun, juga ditentukan dari keberhasilan dirinya mendidik anak di rumah, dan membagi waktu dalam rumah tangga. “Untuk ibu-ibu muda harus bisa bersabar dan kembali berperan di rumah. Ini merupakan salah satu hikmah di balik terjadinya Pandemi Covid-19,” tutur Kepala MTsN 1 Ponorogo ini.
Saling Support dan Memotivasi
Ketakutan warga akan bahaya virus Covid-19 di Ponorogo, menjadi perhatian serius PC Fatayat NU setempat. Bersama anggota yang lain, Nurun mengajak semua pengurus untuk melakukan penggalangan dana. Selain itu juga ikut serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat terkait virus Corona.
Pasalnya, pandemi Covid-19 ini menimbulkan rasa was-was dan ketakutan yang cukup tinggi di masyarakat. Ironinya, pandangan masyarakat terhadap orang asing, atau warga setempat yang kebetulan bekerja di luar kota atau zona merah, dinilai terlalu protektif.
Sebab di mata masyarakat, keberadaan mereka ini dianggap memicu penyebaran Covid-19 di daerahnya. “Setiap daerah mengalami kejadian berbeda-beda. Akibat ketakutan warga yang berlebihan, kerap kali menyudutkan beberapa orang. Seperti orang yang kerja di perkotaan besar, tidak jarang dilihat sebagai pembawa wabah yang masuk ke desa. Tenaga medis yang berkerja dengan sepenuh hati mengobati penderita Covid-19, cenderung diasingkan di tanah kelahirannya sendiri. Apalagi yang sudah dinyatakan positif. Bukan hanya penderitanya saja, keluarganya pun terkena dampaknya,” papar Nurun.
Kondisi ini tentunya membuat Nurun miris. Bersama anggota Fatayat NU yang lain, Nurun membuat gerakan untuk mensupport masyarakat sekaligus melakukan penyuluhan. “Kami datang ke wilayah-wilayah zona merah, berkumpul dengan warga setempat, mensuppotr dan memotivasi mereka, tentu saja dengan memberi bantuan masker dan sembako. Kami selalu ingatkan untuk menjaga kebersihan dan selalu meminta perlindungan Allah SWT,” ujar Nurun yang terus bergerak memberikan support kepada warga di beberapa kecamatan di Surabaya.
Diluar dugaan, gerakan Nurun, dalam memberikan penyuluhan disambut baik oleh warga. Bahkan warga sangat antusias memberikan bantuan berupa uang. Terbukti penggalangan dana yang dilakukan PC Fatayat NU Ponorogo mampu mengumpulkan dana sebesar Rp26 juta, dan disalurkan kepada warga yang membutuhkan. “Ada yang membantu berbentuk tunai, ada juga yang berbentuk sembako,” kata Nurun.
Kegiatan ini juga termasuk program saling menjaga tetangga. Menurut Nurun, bantuan saling menjaga tetangga tidak harus berupa uang, tapi juga bisa membantu dalam bentuk makanan. “Bagi mereka bantuan tidak hanya bisa dinilai dengan uang. Termasuk ada gerakan Njogo Tonggo yang kita lakukan sejak Ramadlan lalu. Kami mengajak satu orang membuat 5 nasi bungkus, dan diberikan kepada tetangga terdekat yang membutuhkan. Kegiatan ini disambut dengan gerakan serentak di Jawa Timur,” tuturnya.
Program Njogo Tonggo harusnya juga mendapat perhatian dari pemerintah. Mengingat pandemi ini cukup berpengaruh terhadap perekonomian warga. “Saya menginginkan pemerintah menormalisasikan kembali perekonomian, karena betul-betul down. Saya melihat teman-teman yang berjualan omsetnya turun. Harus bergandengan tangan antara masyarakat, pengusaha, negara dan perusahaan swasta,” harap Nurun.
Kumpul dengan Keluarga
Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada kaum laki-laki yang biasa beraktivitas di luar rumah, tapi juga dirasakan kaum perempuan. Namun di balik semua itu terselip hikmah yang luar biasa.
“Kualitas waktu yang selama ini hampir terampas oleh aktivitas di luar rumah, kini kembali utuh bersama keluarga,” kata Sekretaris umum Pengurus Cabang Pergunu Kabupaten Ponorogo.
Meski demikian, tidak membuat Nurun harus berdiam diri di rumah. Kualitas waktu di rumah juga harus tetap produktif. Seperti memanfaatkan waktu untuk menulis maupun yang lainnya. “Kalau saya beberapa kali sempat mengisi acara seminar, webinar, memberikan motivasi. Karena punya waktu banyak untuk belajar. Paling tidak bisa memberikan kontribusi berpikir untuk kepentingan-kepentingan di luar,” paparnya.
Di samping itu, kata Nurun, keberadaannya di rumah juga dimanfaatkan untuk berkumpul dengan keluarga. Kebetulan anak-anaknya yang belajar di pondok pesantren, juga harus merasakan hal yang sama yakni belajar di rumah. “Hikmahnya banyak sekali termasuk kepedulian sosial luar biasa meningkat, produktifitas, banyak waktu untuk membaca buku, dan berdiskusi. Saya pribadi merasakan dinamika keilmuan meningkat,” cerita Nurun.
Selain itu, pandemi Covid-19 ini juga menjadi pengingat agar lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bahkan Nurun sendiri mulai belajar untuk tidak batal dari wudlu. Menurutnya, wudlu lebih efektif dalam menerapkan untuk menjaga kebersihan.
“Dari kejadian ini kita diingatkan untuk menjaga kebersihan dari mencuci tangan. Dan itu bisa dilakukan di dalam wudlu,” katanya. * Diah Rengganis