Search

Nyai Hj Nurul Abidah, Rasulullah dan Kasih Sayang pada Umatnya

Betapa beratnya perjuangan Rasulullah kepada semua umatnya. Tidak ada yang bisa mengalahkannya, bahkan menyamai beratnya perjuangan Rasulullah. Seperti halnya, beratnya orang tua dalam mengasuh anaknya, tetap tidak bisa mengalahkan beratnya perjuangan Rasulullah.

Tapi setidaknya, perjuangan orang tua dalam merawat anak dan beban yang dipikul pun sangatlah berat. Mungkin inilah secuil dari cermin perjuangan Rasulullah dalam mendidik umatnya.

Seperti halnya Rasulullah, semua orang tua pasti memikirkan anaknya. Setiap urusan selalu mengingat anak dan berat dengan anaknya. Seperti itulah orang tua. Tetapi anak belum tentu berat dengan orang tua. Anak juga belum tentu memikirkan orang tua. Apalagi jika orang tua yang memiliki kecukupan harta benda. Pasti akan diberikan kepada anaknya.

Ibaratnya, kalau anak membutuhkan bantuan, orang tua pasti datang untuk membantunya. Anak butuh harta pun orang tua juga rela untuk berkorban, uang yang ditabung sebisanya akan di pecah atau diambil untuk kebutuhan anak. Padahal upaya mengumpulkannya sudah cukup sulit.

Baca Juga:  Perbanyaklah Dzikir Sebelum Catatan Amal Dilaporkan

Tidak hanya itu, meskipun anak tidak meminta, ketika orang tua dalam keadaan punya pasti akan diberi. Kalaupun tidak mampu, orang tua sampai rela berhutang. Karena melihat anaknya menangis.

Ironinya, terkadang anak tidak menyadari pengorbanan orang tua. Bahkan, kita kerap kali masih sering membuat orang tua kecewa dan merepotkan orang tua. Beratnya orang tua ke anaknya masih kalah dengan beratnya Rasulullah kepada umatnya.

Begitu ketika Rasulullah meninggal, umat Islam semuanya dikumpulkan. Perlunya Rasulullah meminta maaf, padahal Rasulullah gak pernah melakukan perbuatan dosa. Juga tidak pernah mengolok-olok, dan tidak pernah menyakiti hati umatnya.

Kalau dihina, disakiti, bahkan dilempar menggunakan batu sampai kepalanya berdarah Rasulullah rela. Malah yang menyakiti didoakan agar mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Kita sebagai manusia biasa tidak bisa meniru sifat Rasulullah.

Baca Juga:  Wisata Pulau Penyengat Pesona Gurindam di Tanah Melayu

Hari ini kita dihina orang, besoknya ya tidak mau menyapa. Misalnya ada tentangga yang melihat dengan sinis, ya di balas dengan sinis kembali. Jangankan kalau disakiti, ada tetangga hajatan saja jika lupa tidak mengantarkan makanan atau undangan. Bisa menimbulkan kemarahan sampai terkadang teriak-teriak.

Maka dari itu, Rasulullah mengumpulkan jamaah untuk meminta maaf. Karena meminta maaf itu hal yang penting. Bahkan ketika umatnya menyatakan bahwa Rasulullah tidak memiliki kesalahan kepadanya, dan berkata bahwa Rasulullah adalah orang yang mulia.

“Umat beliau berkata : bukan beliau yang melakukan kesalahan ya Rasulullah. Tetapi semua dari kita yang melakukan dosa, umat yang sering menyakiti Rasulullah inilah yang harusnya meminta maaf, malah saya ini yang harusnya meminta maaf, tolong berdirilah siapa yang pernah saya sakiti, saya meminta maaf sedalam-dalamnya.”

Baca Juga:  Berbeda dengan Muhammadiyah, NU Gelar Sholat Idul Adha tgl 10

Mengenai kehidupan manusia, bahwa manusia diperbolehkan melakukan apapun tapi harus mengingat suatu saat akan mati, malaikat mencabut nyawa tidak akan memberikan peringatan terlebih dahulu kepada manusia. Ketika manusia meninggal harta dunia juga ikut ditinggalkan. Semua menjadi warisan anak cucu. Yang dibawa hanya amal saja.

Sebagai manusia biasa memang tidak bisa sepenuhnya mencontoh perilaku Rasulullah. Tetapi, kita bisa menjadikan Rasulullah sebagai teladan. Dimana kasih sayang orang tua kepada anak dan kasih sayang Rasulullah kepada umatnya.  Bisa menjadikan contoh kita sebagai orang tua. Harus senantiasa berusaha menjadi pribadi yang melakukan perubahan yang baik.

 

Tausiyah Nyai Hj Nurul Abidah, daiyah asal Pasuruan di Pondok Pesantren Putri As Shofiyah Rungkut Kidul, Surabaya. Di transkrip Diah A Rengganis

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA