MALANG— Bursa Berjangka Jakarta atau Jakarta Futures Exchange dilirik investor luar karena dinilai menjanjikan, prospek kedepannya sangat bagus dengan meningkatnya aktivitas perdagangan berjangka.
Direktur Utama JFX, Stephanus Paulus Lumintang, mengatakan ada beberapa calon investor asal luar negeri dari negara-negara maju yang sudah menemui dirinya untuk membicarakan soal pengelolaan JFX.
“Tapi demi NKRI, tawaran itu saya tolak,” katanya pada UKW Angkatan 37 dan 38 PWI Malang Raya, Jumat (3/12/2021).
Diketahui, Jakarta Futures Exchange merupakan bursa pertama di Indonesia yang berdiri tahun 1999 dan beroperasi pada Desember tahun 2000. Bursa Berjangka ini didirikan oleh 29 logam saham, 11 dari logam saham itu adalah perkebunan sawit, satu di antaranya adalah BUMN, PTPN3, 8 ekseportir kopi. Kemudian 10 perusahaan jasa keuangan, termasuk dana reksa sekuritas yang merupakan BUMN.
Sementara, nasional value pada tahun 2012 ini tercatat mencapai 1.304 triliun. JFX sudah memiliki 74 member, 16 pedagang yang treding untuk dirinya sendiri.
Peneliti Jakarta Futures Exchange, Asep Risman menambahkan ada beberapa manfaat bursa berjangka, yakni sarana lindung nilai karena memungkinkan pelaku pasar melakukan transfer risiko fluktuasi harga komoditi/aset tertentu melalui perdagangan kontrak berjangka untuk menjamin kepastian dan kelangsungan usaha jangka panjang.
Bursa berjangka juga sarana discovery, tempat bertemunya penjual dan pembeli melalui sistem perdagangan yang terorganisir, transparan, dan efesien.
Manfaat lainnya, sarana investasi. Akses perdagangan berjangka memungkinkan para investor untuk mendapat keuntungan dan perubahan harga.
Menurut dia, aktivitas perdagangan di JFX, yakni multilateral, bilateral, penyaluran amanat luar negeri, pasar fisik, dan syariah.
Produk dalam transaksi bilateral di JFX, yakni forex, index, single stock, loco London, dan komoditi pertambangan. Pasar fisik di JFX, yakni timah, barubara, emas digital, kopi, CPO, dan kakao.