Oleh: Nur Rohmad
Beberapa kalangan beranggapan bahwa Nabi yang pertama kali membawa agama Islam adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan nabi-nabi terdahulu, menurut mereka, membawa agama yang berbeda-beda. Kata mereka, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam beragama tauhid, tidak beragama Islam, dan Allah menurunkan kepada Nabi Musa dan Isa ‘alaihimassalam agama Yahudi dan Nashrani, bukan agama Islam. Anggapan seperti ini tentu tidak benar karena tidak sejalan dengan ayat-ayat Al-Quran dan hadits yang menjelaskan bahwa Islam adalah agama semua nabi dan rasul.
Allah ta’ala menegaskan dalam Al-Quran:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللهِ الْإِسْلَامُ (ءال عمران: 19)
“Sesungguhnya agama yang diridlai oleh Allah hanyalah Islam” (QS. Ali ‘Imran: 19)
Dalam ayat lain, Allah ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ في الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ (ءال عمران: 85)
“Dan barangsiapa mencari selain agama Islam untuk ia peluk, maka sekali-kali tidak akan diterima darinya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Ali ‘Imran: 85)
Sungguh tidak logis, apabila Allah ta’ala menurunkan banyak agama yang berbeda-beda kepada para nabi dan rasul, kemudian yang diterima hanya agama Islam.
ISLAM AGAMA SEMUA NABI DAN RASUL
Semua nabi, mulai Nabi Adam ‘alaihissalam hingga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam membawa agama yang sama, yaitu Islam. Begitu juga seluruh pengikut para nabi, semuanya beragama Islam.
Nabi Ibrahim, Sulaiman, Yusuf, Isa dan nabi-nabi yang lain, semuanya beragama Islam. Mereka semua menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Perhatikan dan cermati ayat-ayat Al-Qur’an berikut ini.
مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الُمشْرِكِينَ (ءال عمران: 67)
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang jauh dari syirik dan kufur dan dia seorang yang Muslim. Dan sekali-kali dia bukanlah seorang yang musyrik” (QS. Ali ‘Imran: 67)
إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ، أَلَّا تَعْلُوْا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ (النمل : 30-31)
“Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman, dan sesungguhnya isinya: Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, bahwa janganlah kalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang memeluk Islam” (QS. An-Naml: 30-31)
تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ (يوسف: 101)
“(Yusuf berkata): Wafatkanlah aku dalam keadaan Muslim dan gabungkan aku bersama orang-orang yang saleh” (QS. Yusuf: 101)
فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آَمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (ءال عمران: 52)
“Maka tatkala ‘Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Isra’il), ia berkata: Siapakah yang akan menjadi pembela-pembelaku untuk menegakkan agama Allah?. Para Hawwariyyun (sahabat-sahabat setia Nabi Isa) menjawab: Kamilah pembela-pembela-agama Allah. Kami beriman kepada Allah dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang Muslim” (QS. Ali ‘Imran: 52).
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Quran lainnya yang kesemuanya menegaskan bahwa para nabi beserta pengikut-pengikut mereka beragama Islam. Dengan demikian, tidak ada seorang pun di antara mereka yang mambawa selain Islam. Adapun perbedaan di antara para nabi adalah terletak dalam hukum-hukum syari’at yang Allah ta’ala turunkan kepada mereka, seperti dalam tata cara dan ketentuan bersuci, shalat, zakat, puasa dan lainnya. Tentang hal ini, Allah ta’ala berfirman:
لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا (المائدة : 48)
“Dan untuk tiap-tiap umat di antara kalian (umat Muhammad dan umat-umat sebelumnya), Kami berikan aturan dan jalan yang terang” (QS. Al-Ma’idah: 48)
Dalam hadits shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الأَنْبِيَاءُ إخْوَةٌ لِعَلاَّتٍ دِيْنُهُمْ وَاحِدٌ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى (رواه البخاري ومسلم وأحمد وابن حبان)
“Para nabi bagaikan saudara seayah, agama mereka satu yaitu agama Islam, dan ibu-ibu (syari’at-syari’at) mereka berbeda-beda” (HR. al-Bukhari).
NABI MUHAMMAD BUKAN MUSLIM PERTAMA
Allah ta’ala berfirman tentang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لَا شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ المُسْلِمِيْنَ (الأنعام : 163)
“(Muhammad berkata): tidak ada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah Muslim yang pertama” (QS. Al-An’am: 163).
Di kitab-kitab tafsir dijelaskan bahwa yang dimaksud adalah bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Muslim pertama pada masanya, bukan Muslim pertama secara mutlak. Imam ath-Thabari dalam tafsirnya mengatakan:
أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ
“Yang dimaksud bahwa Nabi Muhammad adalah Muslim pertama di kalangan umat ini (umat beliau)”.
Penafsiran yang sama dapat kita jumpai dalam kitab tafsir al-Qurthubi, al-Baghawi, al-Jalalain, an-Nasafi dan lainnya.
MENGAPA DISEBUT YAHUDI DAN NASHRANI?
Dari apa yang telah diuraikan di atas menjadi jelas bahwa seluruh nabi dan rasul beserta para pengikut mereka adalah orang-orang yang beragama Islam, termasuk Nabi Musa, Nabi Isa dan para pengikut keduanya.
Mengapa para pengikut Nabi Musa dinamakan Yahudi dan para pengikut Nabi Isa disebut Nashara atau Nashrani, berikut penjelasan Imam al-Qurthubi dalam al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (juz 2, hlm. 157-160, Penerbit Mu’assasah ar-Risalah).
نُسِبُوا إِلَى يَهُوذَا وَهُوَ أَكْبَرُ وَلَدِ يَعْقُوبَ عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَلَبَتِ الْعَرَبُ الذَّالَ دَالًا، لِأَنَّ الْأَعْجَمِيَّةَ إِذَا عُرِّبَتْ غُيِّرَتْ عَنْ لَفْظِهَا. وَقِيلَ: سُمُّوا بِذَلِكَ لِتَوْبَتِهِمْ عَنْ عِبَادَةِ الْعِجْلِ. هَادَ: تَابَ. وَالْهَائِدُ: التَّائِبُ … وفى التنزيل:” إِنَّا هُدْنا إِلَيْكَ” [الأعراف: 156] أَيْ تُبْنَا… (وَالنَّصارى) جَمْعٌ وَاحِدُهُ نَصْرَانِيٌّ. وَقِيلَ: نَصْرَانُ بِإِسْقَاطِ الْيَاءِ، وَهَذَا قَوْلُ سِيبَوَيْهِ. وَالْأُنْثَى نَصْرَانَةٌ، كَنَدْمَانَ وَنَدْمَانَةٍ…وَقَالَ الْخَلِيلُ: وَاحِدُ النَّصَارَى نَصْرِيٌّ، كَمَهْرِيٌّ وَمَهَارَى… ثُمَّ قِيلَ: سُمُّوا بِذَلِكَ لِقَرْيَةٍ تُسَمَّى” نَاصِرَةَ” كَانَ يَنْزِلُهَا عِيسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ فَنُسِبَ إِلَيْهَا فَقِيلَ: عِيسَى النَّاصِرِيُّ، فَلَمَّا نُسِبَ أَصْحَابُهُ إِلَيْهِ قِيلَ النَّصَارَى، قَالَهُ ابْنُ عَبَّاسٍ وَقَتَادَةُ…وَقِيلَ: سُمُّوا بِذَلِكَ لِنُصْرَةِ بَعْضِهِمْ بَعْضًا …وَقِيلَ: سُمُّوا بِذَلِكَ لِقَوْلِهِ:” مَنْ أَنْصارِي إِلَى اللَّهِ قالَ الْحَوارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصارُ اللَّهِ”
“Para pengikut Musa disebut Yahudi karena dinisbatkan kepada Yahudza, putra pertama Nabi Ya’qub. Orang Arab mengganti huruf dzal menjadi dal karena kata non-Arab jika diserap ke dalam bahasa Arab, maka diubah pelafalannya. Menurut pendapat yang lain, mereka dinamakan Yahudi karena pertaubatan mereka dari menyembah anak sapi. Haada artinya taaba (telah bertaubat). Haa`id berarti taa`ib (orang yang bertaubat). Dalam al-Qur’an (menceritakan perkataan para pengikut Nabi Musa): Innaa Hudnaa ilaiKa. Hudnaa dalam ayat ini artinya “kami telah bertaubat”. Sedangkan Nashara adalah bentuk plural dari Nashrani. Menurut pendapat lain, Nashara adalah bentuk plural dari Nashran, dengan menghilangkan huruf ya’. Ini adalah pendapat Sibawaih. Bentuk mu’annats-nya adalah Nashranah, seperti kata Nadman dan Nadmanah. Al-Khalil berkata, bentuk tunggal dari Nashara adalah Nashri, seperti kata Mahri dan Mahara. Kemudian dikatakan: mereka dinamakan demikian karena disandarkan pada sebuah desa yang bernama ‘Nashirah’. Isa pernah menetap sementara di sana. Maka dikatakan: Isa an-Nashiri (Isa yang pernah menetap di Nashirah). Ketika para pengikutnya dinisbatkan kepadanya, maka mereka dinamakan Nashara. Ini adalah pendapat Ibnu Abbas dan Qatadah. Pendapat lain menyatakan bahwa mereka dinamakan Nashara karena sebagian dari mereka menolong (nushrah) sebagian yang lain. Sebagian yang lain lagi berpendapat, mereka dinamakan Nashara karena perkataan Isa kepada mereka: ‘siapakah yang akan menjadi penolongku (Anshari) untuk menegakkan agama Allah?’, para sahabat setianya berkata: ‘kamilah para penolong (Anshar) agama Allah’”
Jadi dapat disimpulkan bahwa para pengikut Nabi Musa dan Nabi Isa beragama Islam. Yahudi dan Nashara atau Nashrani adalah semacam gelar yang melekat pada diri mereka. Sedangkan orang-orang Yahudi dan Nashrani yang hidup pada masa sekarang, mereka semuanya adalah orang-orang kafir karena telah menyelewengkan makna tauhid dan menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya serta tidak beriman terhadap kerasulan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi bersabda:
لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نصراني ثُمَّ لَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ (رواه مسلم)
“Tidaklah seorang pun dari umat ini, Yahudi atau pun Nashrani (atau yang lain) yang mengetahui tentang kerasulanku lalu ia tidak mau beriman kepada ajaran yang aku bawa, kecuali pasti ia menjadi penghuni neraka” (H.R. Muslim). []
*) Penulis adalah Tim Peneliti/Pemateri Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur.