Search

Keutamaan Pasaran Fathul Muin Pesantren Al-I’tishom Jadi Pelopor Kajian Lintas Daerah

Cianjur, AULA – Momen bulan Syawal di setiap pondok pesantren berbeda-beda. Termasuk di Ponpes Al-I’tishom Cianjur Jawa Barat. Kebiasaan di bulan Syawal menjadi langganan untuk Pasaran atau pengajian kilat Kitab Fathul Muin. Sebuah kitab bidang fiqih yang populer di pesantren. Pengajian dimulai 10 Syawal dan akan berakhir tanggal 10 Dzulqaidah.

Menurut salah seorang ajengan di Al-I’tishom, KH Khoiri Romadoni, pasaran Fathul Mu’in dibacakan dan dijelaskan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Al-I’tishom KH Deden Utsman. Dia merupakan Wakil Ketua PCNU Kabupaten Cianjur yang masa mudanya berkelana menimba ilmu di berbagai pondok pesantren, di antaranya ke Lirboyo, Jawa Timur, An-Nidzom Sukabumi, Cidahu (Pandeglang, asuhan Abuya Muhtadi) dan pesantren-pesantren lain.

Ajengan Khoiri menambahkan, tradisi pasaran kitab karya Syekh Zainuddin bin ‘Abdul ‘Aziz bin Zainuddin bn ‘Ali Al Malibari Al Fannani Asy Syafi’i itu dimulai tahun 2011. Dengan demikian, tahun ini memasuki tahun kesebelas.

Baca Juga:  Kampus NU Harus Bersiap menuju Digitalisasi

Setelah sebelas tahun secara konsisten mengadakan kegiatan itu, pasaran Fathul Muin di Pondok Pesantren Al-I’tishom menjadi tujuan para santri kelana dari berbagai daerah yang haus ilmu dalam fan fiqih.

“Peserta pasaran itu merupakan para santri dari berbagai daerah. Mereka berasal dari semua kabupaten se-Jawa Barat,” kata Ajengan Khoiri, Sabtu, (22/5) malam.

Ia menambahkan, para mupasirin (santri yang turut pasaran) ada yang berasal dari luar Jawa Barat, di antaranya dari Pandeglang dan Rangkasbitung. Juga ada beberapa dari Lampung.

Secara keseluruhan, saat ini, mupasirin yang datang dari berbagai daerah itu ada sekitar 160 orang. Mereka menyatu dengan santri muqimin (santri yang tinggal di Al-I’tishom) sebanyak 200 orang.

Baca Juga:  6 Tersangka Kanjuruhan Ditahan

“Para mupasirin santriyin 70 persen dan santriyat 30 persen,” katanya ketika ditanyakan jumlah perbandingan antara santri putra dan putri yang mengikuti pasaran itu. “Sejak dimulai tahun 2011, tiap tahun terus bertambah, dari asalnya belasan dan puluhan, kini ratusan,” tambahnya.

Ia menjelaskan, pasaran Fathul Mu’in di pesantrennya, menggunakan logat bahasa Jawa, kemudian dijelaskan dengan menggunakan bahasa Sunda dan Indonesia. Tak hanya itu, pasaran juga diselingi dengan tanya jawab interakatif.

Para santri yang berminat untuk mengikuti kegiatan itu, pihak pesantren masih membuka pendaftaran untuk mengikutinya. Caranya dengan datang langsung ke pesantren yang beralamat di Kampung Choblong, Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Letaknya, sekitar 12 km dari pusar Kota Cianjur.

Baca Juga:  Optimis jadi Juara Umum MTQ ke-29 Jateng

Para santri harus kemudian mengikuti pengajian dengan jadwal sebagai berikut: pagi: pukul 07.00-11.00. Siang: pukul 14.00-16.30. malam: 20.00-24.00.

Selama pasaran berlangsung, para mupasirin mendapatkan fasilitas tempat tidur di kobong, makan nasi putih gratis 2 X sehari.

Di pesantren seluas 1,5 hektar itu juga tersedia masjid ukuran 18×27, terdapat makam untuk berziarah dan riyadhah, tersedia toko kitab Pustaka Al-I’tishom (toko kitab Aswaja terlengkap di dalam pesantren), dan tersedia tempat belanja di lingkungan pesantren.

Menurut KH Khoiri Romadoni karena dalam situasi pandemi corona, pihak pesantren memberlakukan protokol kesehatan ketika para mupasarin datang dan selama pasaran berlangsung. Alawi/Red

 

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA