Search

Salurkan Kesuksesan Bisnis untuk Nahdliyin

Membantu para pengusaha untuk bisa ke luar dari masalah, merupakan kebahagiaan tersendiri bagi Moch Saad Solaidin SPsi. Dari sini kemudian dia memutuskan menutup beberapa usaha miliknya, dan beralih menjadi konsultan bisnis.

Surabaya, AULA – Banyak orang yang tidak berani memulai usaha, karena terganjal dengan besarnya modal. Sehingga sebagian pengusaha pemula memilih cara cepat mencari modal usaha, dengan pinjam dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) atau pinjam langsung ke Bank. Tentunya dengar risiko bunga di belakangnya.

Tetapi, sebagian dari mereka banyak yang tidak sadar. Meminjam dana modal yang lebih tinggi dari kebutuhan usahanya. Sehingga sisa dari modal pinjaman bank digunakan untuk keperluan pribadi. Akibatnya di akhir penghitungan hasil usaha, tidak bisa menutup utang yang harus dibayarkan ke bank, karena kehabisan uang.

Permasalahan ini yang sering kali membuat pebisnis muda takut untuk memulai usaha, karena harus meminjam modal ke bank. Meskipun bagi Moch Saad Solaidin SPsi, yang sekarang menjadi Pengurus Wilayah (PW) Ansor Jawa Timur sebagai koordinator bidang ketenagakerjaan dan kesejahteran, sebenarnya usaha itu mudah jika pola pikirnya benar.

“Untuk kesejahteraan para pengusaha ini, saya sudah membangun sebuah skema. Tentang bagaimana home-home industri bisa berkembang dan tumbuh di pedesaan. Baik berbasis logam, wood, kayu ataupun yang lainya,” kata pria kelahiran Jember, 17 juli 1974 ini.

Saad yang pernah menjalankan usaha cafe dan angkringan di Jogjakarta hingga memiliki 3 unit cafe ini, memilih untuk menutup usahanya. Dengan aktif membagikan pengalamaya untuk para pebisnis yang mengalami kesulitan, dengan beralih melakukan usaha berbasis riset, dan developing bisnis.

Dari sisi riset, dirinya hampir setiap bulan mendapatkan klien. Terutama terkait prilaku ekonomi untuk pengusaha kelas menengah ke bawah. Mulai dari distributor, produsen dan retail atau reseller.

“Dari riset itu kemudian saya kaji. Apa itu bentuknya, sifatnya, tampilan-tampilanya seperti apa, dan retribusinya seperti apa. Maka dari sanalah biasanya saya menemukan permasalahan. Setelah itu, saya membuat formula-formula untuk bagaimana orang bisa sukses dalam usaha. Salah satunya mengandalkan konsep usaha berjamaah. Konsep ini adalah sebuah logaritma wilayah, dimana sebenarnya itu bisa mensejahterakan banyak orang,” akunya.

Baca Juga:  Pelaku UMKM Perlu Utamakan Sertifikasi Halal, Ini Alasannya

Dari riset ini bisa ditemukan solusi, kenapa para pengusaha biasanya berkeluh kesah. Mengenai usahanya itu tidak tepat sasaran, kehabisan modal, tempatnya kurang strategis, dan jualanya tidak laku-laku. Sebenarnya prinsipnya bukan disitu, identifikasi Supply Agreement atau perjanjian dengan para pemasok barang, atau jasa bagi kepentingan produksi, atau operasi bisnis sehari-hari. Siapa yang membuat kue, nanti kue ini akan dijual kemana, dan siapa pasarnya. Inilah yang harus dipahami oleh para pengusaha.

“Rata-rata mayarakat desa itu, dalam memulai usaha sifatnya untung-untungan. Kalau saja itu yang menjadi problem utama, bayangkan jika ada 2 juta wirausaha se Indonesia cara berfikirnya seperti itu, berapa triliun rupiah uang yang perputaranya itu tidak jelas. Karena, kalau bicara mengenai uang, itu kan modalnya dari Negara. Sebenarnya masyarakat tidak punya uang. Ini berapa putaran uang lost yang tidak bisa dikontrol,” paparnya.

Berdasarkan pengalaman yang didapatkan Saad dari usahanya dulu, bisnis itu tidak bisa memikirkan secara individual, dan usaha itu tidak bisa dicapai sendiri. Usaha itu harus dijalankan oleh banyak orang. Bisa juga melalui belajar dari banyak cerita para pengusaha sukses. Terkadang sikap mental ini yang harus dimiliki, sehingga ada orientasi tentang bagaimana dia menjalankan suatu usaha.

Dari situ pria yang pernah menjadi Wakil Ketua Majelis Wakil Cabang (MWCNU) Mejayan Kabupaten Madiun ini, banyak melakukan pemberdayaan dengan Conecworld. Conecworld ini adalah wadah para pelaku usaha. Dari kalangan menengah, atas, maupun di bawah. Dimana wadah ini untuk memperoleh kesejahteraan bersama.

“Usaha ini untuk mencetak satu juta wirausaha platform Conecworld. Dimana kami kembangkan fasilitas dalam wirausaha, pertama adalah consultant bisnis mulai dari proses bisnis, dan hal-hal lain terkait dengan bisnis. Kami ada expertnya disitu,” Konsultan CNO Conecworld ini.

Baca Juga:  Gelombang Pandemi Covid-19, Persaingan Ekonomi Semakit Menguat

Kisah Pengusaha NU

Berbicara tentang wirausaha, tidak lepas dari pengalaman pribadi Moch Saad Solaidin yang sempat memiliki usaha yang berganti-ganti. Mulai dari sukses mendirikan cafe menjadi 3 Cabang di Jogjakarta dan Solo, merambah usaha tani seperti Jagung dan Padi, hingga tanaman perkebunan seperti Porang pernah dijalaninya.

Pengalaman ini juga yang ingin Saad bagikan kepada para pengusaha lainnya, baik secara umum maupun di NU. Dari sisi ketenagakerjaan, dirinya berniat untuk membuat modul aplikasi berupa identifikasi kader Ansor yang potensial dalam entrepreneur.

Ke depannya, semuanya akan mengarah pada suplai terhadap perusahaan-perusahaan yang didirikan, atau diinisiasi oleh warga Nahdliyin. Itu salah satu sumbangsih keilmuan dirinya untuk NU.

“Meskipun banyak warga NU yang sukses dalam menjalankan usaha, tetapi masih kurang terkoordinir dengan baik. Karena NU itu warganya beragam, ada petani, nelayan, pedagang, yang jadi bos juga ada,” papar Owner APP Mypsiko ini.

Banyak kisah yang didapat Saad sebagai seorang konsultan bisnis, diantaranya ketika ada pemuda yang datang dan mengeluh kepadanya. Pemuda itu ingin memulai usaha, tetapi tidak punya skill dan modal. Yang dia bisa hanya bergelut dengan tanaman.

“Saya waktu itu tidak langsung meminta dia untuk belajar sesuatu yang berat. Saya minta dia untuk mengembangkan hobinya dengan mencari tanaman di hutan atau alas. Cari yang bagus kemudian tanam di halaman rumah, kebetulan dia mempraktekan apa yang saya sarankan,” cerita Lulusan Pondok Pesantren Aljabariyah Klencongan Caruban ini.

Lambat laun, dari tanaman liar yang ditanam pemuda itu, lantas dia memikirkan bagaimana bisa mendapatkan uang. Selanjutnya Saad meminta pada pemuda itu untuk menjual tanaman itu.

Dirinya menanyakan apa yang dia punya, tetapi pemuda itu tidak punya kendaraan apa-apa, hanya bermodal kaki saja. “Ya sudah kalau masih ada kaki harus diupayakan semaksimal mungkin,” tuturnya.

Setelah berjalan sekitar 2 bulan, akhirnya pemuda itu sudah bisa membeli kendaraan sendiri. Meskipun hanya sepeda ontel. Langkah berikutnya, Saad meminta pemuda itu untuk membeli keranjang guna memuat tanaman-tanaman hias yang akan dijual. Sehingga pemuda itu bisa jualan lebih jauh.

Baca Juga:  Kembangkan Ekonomi Umat dengan Marbot Mart

“Dari hasil usahanya sampai sekarang, pemuda itu sudah bisa memiliki tanah 2 hektar dari usaha tanaman hiasnya, dan sekarang sudah memiliki rumah sendiri,” katanya.

Saad yang pernah menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang menuturkan, bahwa memulai usaha tidaklah sulit. Jika dimulai dari apa yang dia kuasai, kemudian mengetahui akan di bawa kemana hasil produksinya.

“Bukan hanya terkait modal saja. Karena tidak ada orang sukses yang tidak pernah melalui masa sulit,” ujar Saad.

Bahkan kisah dari para orang-orang sukses, banyak dari mereka yang awalnya tidak kaya, bahkan pendidikanya tidak tinggi. Tetapi bisa merekrut orang dengan skill dan pendidikan yang lebih tinggi.

“Kadang para pengusaha dalam memulai bisnis mengambil modal lebih besar pasak dari pada tiang, lebih besar pinjamanya dari pada apa yang dibutuhkan. Misal ada yang utang di bank, bagi pelaku usaha itu rata-rata melakukan hal seperti itu, cara berfikirnya tidak pernah memikirkan ini modal kerja seberapa. Seperti seharusnya modal kerja hanya Rp 5 juta dia minjam ke bank itu sampai Rp 20 juta. Ini yang bisa membuat perusahaan cepat dililit utang hingga gulung tikar,” terangnya.

Padahal dari usaha jika memulai dari kecil, seperti usaha snack yang di lebel ulang. Dikemas dengan rapi pun, hanya membutuhkan modal yang sedikit. Bahkan keuntunganya bisa didapatkan oleh banyak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dilibatkan.

“Untuk pelaku usaha muda saat ini sudah mulai kreatif, banyak sekali di masa pandemi ini mereka kembali ke desa untuk mengelola potensi daerahnya. Bahkan dengan cara yang lebih modern. Semoga lahir pengusaha-pengusaha baru khususnya di NU yang bisa sukses, dan bisa membuka lapangan kerja di daerahnya,” pungkasnya.

Diah Rengganis

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA