Perjalanan Prof Dr Mahmutarom Harun Al Rasyid SH MH, Rektor Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, untuk menggapai karir tertinggi dalam bidang akademisi memang tidaklah mudah.
Pria yang memiliki latar belakang keluarga sederhana ini, bahkan bisa dibilang perkonomian keluarga kala itu tergolong kurang mampu. Namun berkat tekad yang kuat dan keuletannya, Mahmutarom kini justru dipercaya memimpin perguruan tinggi kebanggaan warga nahdliyin di Jawa Tengah.
“Saya berasal dari keluarga kurang mampu,” terang pria kelahiran Mranggen Demak, 18 Maret 1959 ini.
Pada saat berada di sekolah dasar beliau sudah di ajarkan oleh orang tuanya untuk berdagang alat alat pertanian di emperan toko lingkungan rumahnya. Tidak heran jika jiwa enterpreneur masih melekat betul dalam dirinya. Bahkan hingga kini di sela kesibukannya sebagai rektor, Mahmutarom mengaku masih menekuni dunia bisnis seperti yang di tanamkan oleh kedua orangtuanya pada dirinya. inilah membuat Mahmutarom kecil pintar membaca peluang untuk berbisnis.
Persoalan ekonomi yang pas-pasan tidak menyurutkan Mahmutarom untuk terus melanjutkan pendidikan. Bahkan orang tuanya pun terus mendorong Mahmutarom untuk terus semangat melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi, meski harus dengan susah payah mencari biaya sendiri.
Dari semangat inilah, Mahmutarom akhirnya berhasil lulus di jenjang MI, dan Pendidikan Guru Agama (PGA) selama 4 tahun. Selepas lulus PGA, Mahmutarom yang kala itu berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan di jenjang SMEA, hanyalah sebatas mimpi. Sebab biaya masuk pendidikannya tergolong besar, belum lagi biaya bulanan atau SPP siswanya mencapari Rp 15.000. Bagi Mahmutarom, biaya SPP tersebut cukuplah besar, belum lagi biaya lain-lainnya. “Akhinya, saya pilih sekolah- yang tidak membayar,” tutur suami Zubaidah Hanum ini.
Selulusnya SMA Muuhtamar lulus pasa seleksi Sekolah Persiapan Institut Agama Islam Negeri (SP-IAIN). Pada jenjang sekolah teratas ini, ia tempuh selama dua tahun. Selepas lulus pada tahun 1976, secara otomatis tiket menuju jenjang berikutnya yaitu perguruan tinggi telah ia peroleh. Bahkan bisa langsung masuk salah satu perguruan tinggi terkemuka di Jawa Tengah, yakni Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo dan Universitas Diponegoro (Undip).
Keinginannya untuk bisa lulus sarjana strata satu (S1) akhirnya kandas karena terbentur biaya. Setelah memiliki cukup uang maka ia memutuskan untuk kembali berkuliah di kampus swasta yakni di Universitas 17 Agustus (Untag) Semarang dengan jurusan yang sama yakni Fakultas Hukum.
Sebagai orang desa yang memiliki latar belakang pendidikan, Mahmutarom merasa terpanggil untuk berkiprah di dunia pendidikan. Bahkan saat usianya yang baru 23 tahun, sudah dipercaya menjadi Wakil Kepala Sekolah SMP Nurusalam Mranggen, dan di percaya sebagai sekretaris dan pengajar di Fakultas Hukum Islam UNNU Surakarta Mranggen. Bahkan, dirinya pun banyak menginisiasi dan mendirikan beberapa lembaga pendidikan, baik sekolah maupun perguruan tinggi.
Selain mendirikan SMP, ia juga mendirikan SMK Bhakti Nusantara Mranggen, ia juga merupakan salah satu pendiri Fakultas Syariah pada Institut Islam Wali Sembilan Semarang (IIWS), salah satu kampus keagamaan ternama selain IAIN Walisongo Semarang kala itu. Selain itu ia juga pendiri Universitas Wahid Hasyim (UNWAHAS) Semarang, dan kini dirinya dipercaya sebagai Rektor.