Blitar, AULA-Kebesaran sebuah ormas islam seperti NU tak lepas dari catatan sejarah. Jejak-jejak khazanah keilmuan yang ditulis oleh para pendiri NU sangat banyak. Tetapi jejak tulisan kuno saat ini masih banyak yang tersembunyi, baik dimiliki seseorang, atau lembaga. Bahkan banyak catatan atau kitab dengan teks salawat yang dianggap keramat bagi sebagian masyarakat. Sehingga diperlakukan dengan hati-hati, bahkan sampai diberikan sesajen.
Salah satunya kitab yang dimiliki oleh Ahmad Karomi, sekretaris Lembaga Talif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Jawa Timur ini. Dirinya mengaku menemukan kembali arsip lawas bahtsul masail PCNU Kabupaten Blitar ketika bersih-bersih rak buku di rumahnya Desa Kalipucung Kecamatan Sanankulon Blitar.
“Catatan bahtsul masail ini dibuat pada era Kiai Zahid Dawuhan Blitar, tepatnya di tahun 1979-1980. Ini sangat menarik jika bisa dikumpulkan,” tuturnya.
Bagi Karomi, sebagai pengurus LTN dirinya sangat tertarik mengenai segala bentuk dokumentasi yang dibuat oleh lembaga atau organisasi. Menurutnya, jejak tulisan bahtsul masail dari tahun ke tahun tidak boleh hilang begitu saja. Jejaknya perlu dicatat, apalagi sebagai pengurus LTN karomi merasa pekerjaan pendataan arsip NU merupakan suatu kewajiban.
Padahal jejak sejarah Islam di pulau jawa banyak tercatat. Seperti kitab Pantjasila di Jawa Barat yang ditulis dengan pegon jawa dan kitab-kitab lainnya banyak yang perlu diselamatkan. Semoga perhatian ini dimiliki oleh warga NU.
“Kumpulan bahtsul masail ini sudah dilakukan menjadi buku, seperti di PCNU Mojokerto, PCNU Surabaya, PCNU Sumenep, dan PWNU Jatim. Hal ini juga akan dilakukan di PCNU Blitar dan daerah lainya, khususnya di Jawa Timur,” paparnya.
Ia berharap, dari dokumentasi yang dilakukan oleh lembaga LTN khususnya di Jawa Timur bisa berlanjut di wilayah lainya. Bukan hanya catatan bahtsul masail saja. Tetapi masih banyak kitab lainnya yang belum didokumentasikan dengan baik.
“Kedepan, semoga para pemuda dan pelajar NU memiliki perhatian besar terhadap peninggalan para ulama NU terdahulu. Sehingga semakin cinta akan sejarah NU yang penuh dengan khazanah keilmuan,” pungkasnya. Diah