Search

Persamaan dan Perbedaan Kiai Imron Hamzah dan Kiai Hasyim Latief

Surabaya, AULA – Kiai Imron Hamzah dan Kiai Hasyim Latief, keduanya adaah kiai hebat, kiai yang top. Keduanya memiliki banyak kesamaan.
Sama-sama kiai. Sama-sama aktif di organisasi. Sama-sama dari Sepanjang. Sama-sama pernah menjadi Ketua Tanfidziyah PCNU Sidoarjo.

“Tidak hanya itu keduanya sama-sama pernah menjadi pimpinan di PWNU Jawa Timur dan Sama-sama pernah menjadi pengurus PBNU,” kata M Subhan penulis buku Sejarah NU Sidoarjo ini, Jumat (08/01/2021).

Subhan yang juga Ketua LTN NU Sidoarjo ini mengatakan ketika menjadi pimpinan di PWNU Jawa Timur, sama-sama rajin, masuk kantor setiap hari. Bedanya pada gaya.

“Kiai Hasyim Latief berpenampilan rapi, baju dimasukkan, pakai sepatu, sangat disiplin dengan waktu dan administrasi. Maklum, pensiunan tentara,” jelasnya.

Baca Juga:  AULA MEDIA NU Resmi Launching Media Televisi Digital. Apa itu?

Kiai Hasyim Latief punya visi organisasi yang jelas dan terarah. Saat menjadi Ketua LP Maarif misalnya, membuat sekian banyak terobosan baru. LP Maarif menjadi sangat dikenal dan bisa mandiri, bahkan bisa banyak membantu keperluan PWNU.

Sedangkan Kiai Imron Hamzah setiap hari ke kantor di Jalan Raya Darmo, namun tidak terbatas dan tidak menentu jam ngantornya. Soal penampilannya apa adanya. Hanya sarungan, kaosan, sandalan, tidak menjadi masalah.”Kalau kopiah tidak pernah lupa,” ungkap Subhan.

“Ada cerita yang baru saya terima kemarin dari Abah Fuad Anwar, yang pernah menjadi Sekretaris PWNU Jawa Timur yang salah seorang assabiqunal awwalun Gedung Raya Darmo 96,” lanjut Subhan.

Baca Juga:  Pagar Nusa akan Selenggarakan Ijazah Kubro dan Pelantikan, Momentum Hari Santri Nasional

Kalau lagi kesepian, biasanya Kiai Imron mendekati tukang becak yang lagi mangkal. Ditanya, biasanya setiap “dinas” berapa jam? Misal 5 jam. Sekali kerja dapat uang berapa? Misal Rp 50.000. Lalu ditanya, bisa main gaple? Misal bisa.

Lalu ditawari. Tidak usah kerja. Main gaple saja sama saya sak pegele. Uang hasil kerja saya ganti penuh 50.000. “Pastilah mereka mau.
Lalu main gaple bersama. Antara Katib/Rais dan para tukang becak tidak ada bedanya, namun ketika terdengar adzan mereka diajak shalat berjamaah dulu. Baru gaplean lagi,” cerita Subhan.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA