
SURABAYA — Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar mengungkapkan, para ulama sepakat agar keluarga Covid-19 yang meninggal dunia bisa menyaksikan proses pemulasaraan hingga bisa dipastikan, disalati telebih dahulu sebelum dimakamkan.
“Ini permintaan kami. Agar keluarga pasien Covid-19 yang mennggal dunia pun bisa puas, karena pemulasaraan jenazah sudah sesuai Islam. Karena kalau menyerahkan ke pihak rumah sakit, bisa-bisa proses pemulasaraan jenazahnya tidak afdhol,” tutur Kiai Marzuki, di depan pada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.
Sedangkan saat proses pemulangan jenazah kepada keluarga, menurut Kiai Marzuki Mustamar, harus diberi izin untuk melihat dari jauh jenazah yang ada di dalam ambulans.
“Mobil ambulans tidak perlu dibuka, tapi diizinkan terlebih dahulu berhenti sebentar, agar para santri, seperti saat wafatnya Gus Kamil di Sarang, Rembang, kemarin, bisa ikut mensalati jenazahnya,” tutur Kiai Marzuki Mustamar, yang juga Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad, Gasek, Malang.

Menko PMK mengadakan silaturahmi ke PWNU Jawa Timur, Kamis 16 Juni 2020, diterima langsung Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar dan Kepala Gugus Tugas Covid-19 PWNU Jawa Timur dr Edy Suyanto, serta jajaran PWNU Jatim.
Menko PMK didampingi Ketua Gugus Tugas Pusat Percepatan Penanganan COVID-19 Pusat sekaligus Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo.
Menanggapi hal itu, Muhadjir Effendy setuju. Dalam hukum Islam, harus diyakinkan proses pemulasaraan jenazah harus dipastikan sesuai hukum Islam, bagi pemeluk Islam.
Pada kesempatan pertemuan yang berlangsung menjelang Salat Maghrib itu, Kiai Marzuki Mustamar menjelaskan, “Penangan Covid-19 harus menyertakan kesadaran bersama. Warga NU dan masyarakat pesantren, sudah sejak awal mengantisipasi pandemi ini dengan dibentuk Gugus Tugas Covid-19 PWNU Jawa Timur, diketuai dr Edy Suyanto”.
Sementara itu, Doni Monardo menjelaskan ihwal wabah yang pernah terjadi di Indonesia dan dunia. Mulai dari Wabah Influenza di Spanyol hingga wabah serupa terjadi di Indonesia, di masa Pemerintahan Penjajahan Belanda.
“Nah, kita kini menghadapi pandemi Covid-19 yang membutuhkan perhatian serius dari kita bersama. Tapi, kita satu komando agar pandemi bisa diatasi bersama,” tuturnya.
Sebelumnya, Doni sempat menyampaikan usulan mempublikasi data pasien Covid-19 ini bukan untuk menciptakan stigma negatif di masyarakat.
Ia juga meminta masyarakat tidak menganggap Covid-19 sebagai aib. Sebab, menurut dia, semua orang bisa tertular virus corona.
“Karena semuanya bisa kena, dan terakhir pimpinan suatu negara besar juga kena Covid-19,” ujar Perwira Tinggi TNI berpangkat Letjen itu.
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Marzuki juga sempat menyampaikan pentingnya para santri mengonsumsi produksi Enesis, seperti Plossa untuk menjaga imunitas. Dicontohkan di pesantren yang diasuhnya, Pesantren Sabilurrosyad Gasek Malang, para santri diberi Plossa dan obat nyamuk untuk menjaga kesehatan santri. Satu batang Plossa setiap santri.
“Alhamdulillah, para santri juga tampak bahagia dan proses belajar pun lancar. Insya Allah, dengan imun yang mantap bisa menjadi antisipasi dalam penanggulangan pandrmi Covid-19 saat ini, ” tutur Kiai Marzuki di depan Menko PMK, seraya memberi contoh produk Enesis Plossa tersebut. (rn)