SURABAYA – Bedah buku Sejarah Gajah Mada karya K. NG. H. Agus Sunyoto, Ketua Umum Pimpinan Pusat Lesbumi NU yang digelar di ruang Salsabila gedung PWNU Jawa Timur, Jl Masjid Al Akbar Timur No. 9 Surabaya, Selasa (26/3/2019), membludak. Ratusan warga nahdliyin, seniman, budayawan, dan juga kalangan akademisi terlihat hadir dalam acara tersebut.
KH Agus Sunyoto dalam paparannya mengatakan, kisah Gajah Mada semasa hidupnya memiliki pengaruh besar dalam sejarah bangsa Indonesia. “Saya ingin merekontruksi pandangan tentang Gajah Mada. Selama ini yang diajarkan di sekolah dengan rujukan para keratin, Gajah Mada dianggap tokoh pemersatu nusantara dengan sumpah palapanya. Di mana sumpah itu, ia berjanji akan menaklukkan nusantara. Ia tidak akan menikmati hasil kerja sebelum menaklukkan semua yang ada di nusantara,” terang Kiai Agus.
Dalam bukunya, ia menjelaskan bahwa Gajah Mada merupakan sosok panglima pada saat peristiwa bubat. “Ia adalah penakluk. Seorang panglima perang termasuk nanti muncul peristiwa bubat. Dia menumpahkan darah lagi-lagi. Padahal ketika kita lacak tidak ada itu. Sumbernya nusantara sudah disatukan saat baru di tundukkan,” terangnya.
Karenanya, ia berharap masyarakat bisa memahami peristiwa Gajah Mada yang sebenarnya melalui karya bukunya yang berjudul Sejarah Gajah Mada. “Saya berharap orang mengubah citra Gajah Mada, tokoh ini tokoh pemikir. Ia adalah penyusun kitab Undang-undang Pidana dan Perdata, juga membuat KUHP Majapahit. Bagaimana proses hukum mencuri tangannya harus di potong. Lalu, hukuman mati bagi orang yang berzina. Semua itu dari kitab Purwadigama Singosari. Kitab itu di susun Gajah Mada yang saat itu berusia 23 tahun,” tambahnya.
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang ini menjelaskan, tidak banyak peran Gajah Mada yang diungkap. “Karya-karyanya tidak pernah dipakai tidak pernah diungkap. Dalam buku ini, Gajah Mada digambarkan tidak seorang pendekar. Tapi Gajah Mada adalah pemimpin yang cerdas, pemikir, dan negarawan,” tangkasnya.
Dipengujung penjelasnnya, Dosen Pasca Sarjana UNUSIA Jakarta ini, berharap karyanya bisa di baca semua kalangan. Terutama generasi muda yang dianggap awam dari sejarah. “Saya ingin para generasi muda tau sejarah Gajah Mada. Bahwa banyak sekali perjalanan menarik yang harus dipelajari,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Wilayah Lesbumi Jatim, Nonot Sukrasmono mengatakan, bedah buku itu merupakan rangkaian program Lesbumi NU Jatim dalam memperingati Harlah ke-96 NU. “Acara puncak Lesbumi NU Jatim ada di acara Festival Seni Budaya yang kita gelar pada 30 Maret 2019 di Alun-alun Mejayan Madiun. Festival Lesbumi ini ke depan akan kita gilir, tidak hanya di wilayah Mataraman,” jelasnya. * lin