Surabaya – Usai bencana tsunami di Palu, Sigi, dan Donggala di Sulawesi Tengah, Pimpinan Wilayah (PW) Lembaga Amil Zakat Infak Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Jawa Timur tidak menerima bantuan barang bekas lagi. Namun, faktanya masih ada saja barang bekas yang dikirim dari berbagai kota dan kabupaten.
Ghufron Ahmad Yani mengungkapkan ada kendala pengiriman bantuan yang untuk korban bencana tsunami dan banjir di Sulawesi Tengah. Termasuk kendala dalam proses biaya pengiriman barang yang dianggap lebih tinggi dari nilai barang aslinya.
“Untuk pengiriman barang bekas ke lokasi bencana, lebih besar dari nilai barang yang ada, sementara masyarakat terus mengirim pakaian bekas lewat Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama di sejumlah kota dan kabupaten,” kata , Ketua LAZISNU Jatim ini, Rabu (5/12)
Lalu dari sisi sosial, menurut Ghufron, bantuan barang bekas yang dikirim harus diseleksi terlebih dahulu, agar bisa diterima korban. “Barang bekas ini harus hati-hati untuk diberikan kepada korban. Karena kalau tidak, akan menyinggung masyarakat di sana,” jelasnya.
Bagi Ghufron, dalam proses melakukan pemilihan barang memerlukan biaya dan waktu cukup lama. Supaya mengetahui layaknya tidaknya barang bekas itu.
“Waktu yang kita butuhkan untuk menyortir barang untuk korban di Lombok kurang lebih satu bulan,” kisahnya. Dan tentu kami juga membutuhkan biaya untuk tenaga sortir barang, lanjutnya.
Rencananya, bantuan barang bekas yang masih tersisa akan dikirim dan dilelang lalu hasilnya dikirim ke Lombok. “Kita lihatlah, jika barangnya tidak layak dan menimbulkan problem sosial baru, sebaiknya dilelang daripada menimbulkan konflik di masyarakat,” tandasnya. (Lin/Syaifullah)