Surabaya — Penyebaran kabar bohong (hoax) di Indonesia kian mengkhawatirkan. Informasi terbaru penyebar kabar bohong penculikan anak rata-rata dilakukan oleh kaum ibu. Ada 16 tersangka yang sudah ditangkap dengan motif yang sama.
Menanggapi fenomena tersebut, Soffy Balgies mengugkapkan ada tiga faktor penyebab pembuatan kabar bohong yang dilakukan oknum yang tidak bertanggung jawab.
“Kalau dilihat dari kedalaman personaliti, tiga faktor itu, pertama eksistensi seseorang yang ingin diakui oleh publik,” kata dosen Psikolog Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (Uinsa) ini, Senin (26/11).
Sedangkan kedua ingin membuat sensasi baru. “Ssensasi itu emosional atau kenikmatan dari apa yang telah dilakukan,” ungkapnya kepada media ini.
Ketiga, bereksperimen untuk mengetahui reaksi publik. “Atau dorongan yang sifatnya implusif yaitu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan tindakan hanya ingin sesuatu yang berdampak negatif,” jelasnya.
Soffy, sapaan akrabnya menyembut dalam penyebaran kabar hoax ada peran media yang bisa menimbulkan virus kecemasan bagi masyarakat.
“Jadi, peran media selain memberikan informasi kepada khalayak juga berperan menyebarkan virus kecemasan, sehingga menimbulkan fobia massal,” ungkapnya.
Fobia merupakan rasa ketakutan yang berlebih pada sesuatu hal, benda dan fenomena. Bahkan dampak dari kabar hoax itu bisa diasosiasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Karena dibutuhkan solusi atas setiap peristiwa. “Supaya masyarakat tetap berpikir positif dan kondisi aman,” tandas Kepala Laboratorium Fakultas Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya ini. (Lina/Syaifullah)